TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Yati A. Parikaes
M.PdK
A.
Teknologi
Dalam Pembelajaran
Teknologi merupakan metode ilmiah untuk
mencapai tujuan praktis atau
ilmu pengetahuan terapan, yang
menyangkut keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang
yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.[1]
Sejatinya, abad ini dikenal sebagai abad teknologi. Perkembangan teknologi mengalami peningkatan
yang sangat pesat dan cepat. Menghadapi kondisi
seperti itu tidak ada pilihan lain kecuali harus diikuti, jika perlu harus di
akselerasi lebih cepat untuk generasi sekarang dan yang akan datang.[2] Karena itu, generasi muda perlu diperlengkapi
dengan perkembangan kemajuan teknologi yang mampu bersaing di era global. Tidak
bisa dihindari lagi bahwa untuk bisa bersaing di lingkungan dunia global,
seseorang harus dipastikan bisa memanfaatkan ilmu teknologi untuk meningkatkan performance dirinya di dalam pelaksanaan
tugas dan tanggung jawabnya.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia teknologi merupakan metode ilmiah untuk mencapai
tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan, atau keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup manusia.[3]
Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering).
Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang
saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang
dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang,
tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya. Sains
sebagai sarana pemecahan masalah mendasar dari setiap peradaban.[4]
Teknologi merupakan satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia dan meliputi
keseluruhan sejarah.[5]
Hal ini berarti teknologi terus berkembang dari zaman ke zaman.
Jadi dengan kata lain, teknologi mencakup teknik dan peralatan untuk
menyelenggarakan rancangan yang didasarkan atas hasil sains.
Perkembangan
teknologi juga berlaku dalam dunia pendidikan. Karena itu pendidikan perlu
memperhatikan teknik-teknik inovasi pembelajaran yang dikelola oleh guru-guru
mata pelajaran dewasa ini, hal ini akan mendukung pertumbuhan pengetahuan yang
terjadi di dunia pendidikan.
Perlu diketahui juga bahwa globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran
dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah
pendidikan yang lebih terbuka.[6]
Kita mengingat
kembali di Perancis proyek “Flexible Learning”. Hal ini mengingatkan
pada ramalan Ivan Illich awal tahun 70-an tentang “Pendidikan tanpa sekolah
yang secara ekstrimnya guru tidak lagi diperlukan. Bahkan Bishop G. (1989)
meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible),
terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang
faktor jenis, usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya.[7] Sebagai salah
satu contoh adalah penggunaan internet.
Perlu kita ketahui bahwa Internet yang awalnya hanya digunakan untuk
suatu keperluan militer Amerika Serikat berupa keperluan riset kalangan militer
kemudian berkembang dan digunakan untuk keperluan riset perguruan tinggi, yang
dimulai dengan University of California, Stanford
Research Institute dan University of Utah (Cronin, 1996).[8]
Sekarang Internet baik itu google, gmail, facebook dapat diakses oleh siapa
saja termasuk pelajar dan tidak membatasi tempat dan waktu penggunaannya. Karena itu sudah
saatnya pendidikan di Indonesia memanfaatkan teknologi informasi tersebut.
Kenapa demikian, karena teknologi informasi dapat memberikan nilai tambah dalam
proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kebutuhan
informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak semuanya diperoleh dalam
lingkungan sekolah.
Dalam
pemanfaatan teknologi informasi diharapkan tingkat daya pikir serta kreativitas
guru dan siswa serta masyarakat dapat berkembang dengan pesat. Namun yang kemudian muncul
menghiasi nuansa pendidikan Indonesia adalah lembaga yang berkewenangan
mengelola pendidikan justru terlena dalam berbagai argumen-argumen berbau
kebijakan sepihak. Seakan mereka ingin menunjukan wajah pendidikan Indonesia
dengan kebijakan yang dibuat sebagai suatu patokan utama yang tidak boleh dilanggar
oleh siapapun, dan mereka ingin menunjukan bahwa ini adalah kebijakan yang bisa
mengeluarkan Indonesia dari krisis pendidikan yang berkepanjangan.[9]
Tapi sayang, kemudian kebijakan itu membelit para pelaksana pendidikan yang ada
dilapangan, sehingga ide-ide brilian yang
harusnya menjadi pemicu inovasi pendidikan menjadi mandek khususnya dalam penggunaan kecanggihan teknologi.
Kepentingan-kepentingan yang datang dari sumber yang tidak ada hubungannya
dengan pendidikan justru menjadi hal yang harus dibuat kebijakan oleh
lembaga-lembaga yang berwenang dalam mengeluarkan kebijakan. Pendidikan dalam
arti sebenarnya tersisihkan oleh kepentingan tersebut, bukannya berkembang tapi
justru pendidikan Indonesia dikebiri tanpa daya.
Selain pendidikan secara umum, sekolah harus menyediakan
sarana dan prasarana yang berkaitan dengan kebutuhan teknologi misalnya
komputer, pembuatan website sekolah untuk mendukung kegiatan pembelajaran di
sekolah. Karena perkembangan teknologi yang semakin canggih, membuat kita harus
selalu mengikuti perkembangan, atau kalau tidak kita akan ketinggalan diera
globalisasi ini. Salah satu teknologi yang sangat dekat atau dibutuhkan sekolah
khususnya pelajar adalah komputer yang dapat digunakan untuk mengakses internet
. Beberapa ekskul memanfaatkan internet untuk menunjang kegiatan mereka,
seperti Blog atau Facebook. Selain
itu, sebuah website yang tidak kalah akrab dengan sekolah, khususnya pelajar
adalah Google.[10]
Hal ini membuktikan bahwa proses belajar mengajar tidak hanya di dalam kelas,
namun dapat dilakukan di luar kelas.
Pendidikan Agama Kristen pendidikan agama
Kristen adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar
mereka 1), terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana
bimbingan Roh Kudus, 2) mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan
gereja; 3) diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawentahkan pengabdian
diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta
hidup bertanggungjawab di bawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai
lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.[11]
Pendidikan agama Kristen perlu didukung dengan teknologi yang realistik dan up to date.
Teknologi pembelajaran sudah digambarkan
dalam Alkitab. Tuhan selalu menggunakan alat peraga atau teknologi pembelajaran berupa
visual untuk berkomunikasi dengan umat-Nya. Dia berbicara dan pesan-Nya
didokumentasikan di dalam Alkitab. Dia juga menggunakan berbagai alat visual
untuk menguatkan pesan-Nya, seperti yang dapat dilihat ketika Ia berhubungan
dengan orang-orang Israel selama keluar dari Mesir dan mengembara di padang
belantara;
- Aturan agar Adam dan Hawa tidak memakan buah pohon
di tengah Taman Eden merupakan teknologi untuk mendidik mereka taat kepada
kehendak-Nya.
- Peristiwa air bah dan perahu Nuh menjadi teknologi
pembelajaran untuk menyampaikan pesan tentang kekudusan, kebenaran, dan
keadilan Allah, bahwa dosa dan kejahatan mendatangkan hukuman.
- Tuhan
memimpin Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Umat Israel benar-benar
telah diyakinkan untuk meninggalkan Mesir, sebagian besar karena
penglihatan akan kekuatan Tuhan melalui tulah dan pekerjaan malaikat maut
(Keluaran 7-12). Namun, ketika orang-orang Israel ini akan melewati Laut
Merah, keragu-raguan pun muncul. Selama ini, Mesir selalu mencukupi
kebutuhan mereka, memberi mereka makan, dan menahan mereka.
- Tuhan
tidak hanya menggunakan teknologi visual seperti mujizat, namun juga
menempatkan alat-alat lain yang lebih abadi di tengah-tengah bangsa
Israel. Contohnya, Dia menobatkan para nazir Allah sebagai pengingat
visual akan tujuan dan fungsi khusus bangsa Israel di dunia. Para nazir
Allah itu dipilih secara sukarela dengan masa tugas meliputi jangka waktu,
mulai tiga puluh hari sampai seumur hidup. Dalam jangka waktu itu, para
nazir Allah harus bebas dari minuman anggur, buah anggur, dan
minuman-minuman yang memabukkan. Mereka tidak boleh memotong rambut atau
menyentuh orang mati. Maksud dari janji itu, yang ditetapkan Allah, adalah
untuk menanggalkan keduniawian dan mengkhususkan diri bagi Allah. Para
pria dan wanita yang memegang nazar itu adalah pengingat yang dapat
dilihat oleh seluruh bangsa Israel, bahwa mengkhususkan diri bagi Allah
adalah suatu keharusan jika Israel hendak menggenapi takdirnya di dunia
(Bil 6:1-15; Hak 13:5,14; 1Sam 1:11; Luk 1:15).
- Jumbai-jumbai
juga merupakan jenis lain dari bentuk penglihatan. Bilangan 15:37-40 mencatat perintah Allah supaya
orang-orang Israel menaruh jumbai-jumbai di ujung pakaian mereka sebagai
suatu tanda yang mengingatkan mereka akan perintah Allah dan pentingnya
mematuhi perintah itu. Penglihatan itu membuat mereka sulit untuk
melupakan kewajiban mereka.
- Perjamuan
juga merupakan alat untuk mengingat. Pada Perjamuan yang Terakhir, Tuhan
memerintahkan, "Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu .... Dan
apabila anak-anakmu berkata kepadamu: Apakah artinya ibadahmu ini, maka
haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi TUHAN yang melewati rumah-rumah
orang Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi
menyelamatkan rumah- rumah kita" (Keluaran 12:14,26,27). Perjamuan
merupakan peringatan yang hidup bagi orang-orang dewasa Israel atas kuasa
dan kasih Tuhan. Perjamuan yang sama mendorong anak untuk bertanya,
memberikan kesempatan yang baik untuk suatu pengajaran lisan tentang kasih
Allah.
- Tempat-tempat
ibadah berfungsi sebagai peringatan, pernyataan yang jelas bagi bangsa
Israel bahwa "Allah ada di tengah-tengah kita". Tempat ibadah
berdiri sebagai tanda bahwa Allah berjalan bersama bangsa Israel (Keluaran
25:8; 33:7-11; 40:38; Bilangan
9:15; 10:33-35; 1Samuel
4:3-11 dan 1Raja-Raja 8:27).
Regina M. Alfonso (1986) mengemukakan bahwa Yesus juga
menggunakan teknologi pembelajaran ketika mengajar. Beberapa contoh teknologi
pembelajaran yang dilakukan oleh Yesus.[12]
- Ketika mengajarkan murid-murid-Nya agar mereka
bersikap rendah hati satu sama lain, anak kecil didihadirkan-Nya di
tengah-tengah mereka (Mat. 18:2, Mrk. 9:36, Luk. 9:46-48).
- Untuk menegaskan bahwa iman dan percaya sangat
penting bagi jawaban doa, Yesus mengutuk sebuah pohon ara yang tidak
berbuah hingga layu (Mrk. 11:12-14, 20-24).
- Untuk mengajarkan bahwa setiap orang harus membayar
pajak kepada pemerintah dan sekaligus memberi persembahan kepada Allah, Ia
mengambil mata uang dan menanyakan gambar yang terdapat pada uang itu
(Mat. 22:15-22, Mrk. 12:13-17).
- Untuk menyadarkan dua murid yang berjalan ke Emaus
bahwa Ia telah bangkit, Yesus mendengarkan mereka, bertanyajawab di
sepanjang perjalanan, serta memecahkan roti dan memberikannya kepada
mereka sehingga mereka tersadar bahwa orang yang ada di hadapan mereka
adalah Yesus (Luk. 24:28-32).
Ciri-ciri teknologi pembelajaran yang digunakan Yesus seperti:
1.
Yesus menggunakan metode visual, Yesus
secara kreatif mengunakan segala sesuatu yang ada disekelilingNya sebagai teknologi pembelajaran yang sedemikian rupa
sehingga meraih nilai nilai dari media pembelajaran yang ada.
2.
Tekanan utama diletakan pada benda yang
dapat dilihat, didengar dan diraba.
Artinya adalah bagaimana melalui media pembelajaran yang digunakan siswa akan lebih mengerti dan memahami suatu contoh yang lebih konkrit lagi dari materi yang disampaikan, dengan dilihat didengar dan diraba.
Artinya adalah bagaimana melalui media pembelajaran yang digunakan siswa akan lebih mengerti dan memahami suatu contoh yang lebih konkrit lagi dari materi yang disampaikan, dengan dilihat didengar dan diraba.
3.
Digunakan dalam rangka komunikasi dalam pengajaran,
antara guru dan siswa. Teknologi
pembelajaran yang Yesus lakukanpun sebagai suatu komuni.
4.
Puncak dari pengunaan Teknologi Pembelajaran, Dia mengunakan diri-Nya sendiri sebagai contoh yang sulit
dilupakan dengan menjalani jalan salib yang penuh penderita yang mencengkam
kehidupan para murid-Nya yang masuk kedalam kematian dan kebangkitan dan
kenaikan kesorga dan menberikan Roh Kudus sehingga sangat efektif mengajar para
murid sehingga para murid mampu bukan hanya menyerap pelajaran dari Yesus Guru
Agung melainkan memampukan mereka untuk mengajar generasi-generasi berikutnya
yang sangat konkret dengan pengalaman yang berkesan sampai dapat maraih hal-hal
abstrak dari proses media penbelajaran yang menyentuh setiap level dari kerucut
pengalaman.
Dari
uraian penggunaan teknologi dalam Alkitab di atas, maka perangkat teknologi
pembelajaran terdiri dari dua bagian yang dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran pendidikan Agama Kristen, yang pertama
adalah perangkat komputer, Kedua perangkat
pendidikan sebagai komponen pendukung teknologi, di dalamnya terdapat beberapa
komponen seperti; guru, siswa, materi pelajaran, gedung sekolah dan masyarakat
Perangkat teknologi pembelajaran dalam
Pendidikan Agama Kristen
Perangkat komputer
memiliki bagian Software
dan Hardwaredapat
dikategorikan bahwa perangkat teknologi dalam pembelajaran pendidikan agama
Kristen dapat menggunakan dua perangkat yaitu Software dan Hardware
banyak
fungsi yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Perangkat
teknologi komputer memiliki fungsi sebagai teknologi cetak, teknologi audio
visual, teknologi berbasis komputer, teknologi multimedia, e-learning, video converence,
dan website.
1.
Teknologi cetak
Teknologi
Cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan seperti buku-buku,
bahan-bahan visual yang statis atau melakukan percetakan, terutama melalui
pencetakan mekanis atau photografis. Teknologi ini menjadi dasar untuk
pengembangan dan pemanfaatan dari kebanyakan bahan pembelajaran lain. Hasil
teknologi ini berupa cetakan. Teks dalam penampilan komputer adalah suatu
contoh penggunaan teknologi komputer untuk produksi. Apabila teks tersebut
dicetak dalam bentuk “cetakan” guna keperluan pembelajaran merupakan contoh
penyampaian dalam bentuk teknologi cetak.
Dua komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan visual. Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat bergantung pada teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan informasi oleh manusia dan teori belajar.
Dua komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan visual. Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat bergantung pada teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan informasi oleh manusia dan teori belajar.
Secara
khusus, teknologi cetak/visual mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang
b. keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif
c. keduanya berbentuk visual yang statis
d. pengembangannya sangat bergantung kepada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi visual
e. keduanya berpusat pada pembelajar, dan
f. informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.[13]
a. teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang
b. keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif
c. keduanya berbentuk visual yang statis
d. pengembangannya sangat bergantung kepada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi visual
e. keduanya berpusat pada pembelajar, dan
f. informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.[13]
2.
Teknologi audio-visual
Teknologi
Audio-Visual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan
menggunakan peralatan dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio dan
visual. Pembelajaran audio-visual dapat dikenal dengan mudah karena menggunakan
perangkat keras di dalam proses pengajaran. Peralatan audio-visual memungkinkan
pemroyeksian gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang
berukuran besar.
Pembelajaran
audio-visual didefinisikan sebagai produksi dan pemanfaatan bahan yang berkaitan
dengan pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran yang secara eksklusif
tidak selalu harus bergantung kepada pemahaman kata-kata dan simbol-simbol
sejenis.
Menurut
Finn, tahun 1920-an adalah awal perkembangan teknologi pendidikan.[14]
Istilah dan definisi formal pertama yang berhubungan dengan teknologi
pendidikan pada saat itu adalah “pengajaran visual”. Yang dimaksud dengan
pengajaran visual adalah kegiatan mengajar dengan menggunakan alat bantu visual
yang terdiri dari gambar, model, objek, atau alat-alat misalnya papan tulis,
lembar peraga, selebaran isi pelajaran yang dipakai untuk menyajikan pengalaman
konkret melalui visualisasi kepada siswa.[15]
Tujuan penggunaan alat bantu visual adalah meningkatkan efektivitas metode
mengajar, misalnya penggunaan alat bantu visual untuk memperjelas kuliah,
disamping itu alat bantu mengajar dan metode belajarnya akan membentuk metode
belajar baru contohnya penggunaan metode mengajar dengan film dan video. Selain
itu juga media visual dapat memperkenalkan, menyusun, memperkaya, atau
memperjelas konsep-konsep yang abstrak, dan mengembangkan sikap yang
diinginkan, serta mendorong timbulnya kegiatan siswa lebih lanjut.[16]
Dengan audio visual sudah dapat digunakan sebagai sarana yang dipakai untuk
membawa pesan dari sumber pesan ke penerima pesan. Secara khusus, teknologi
audio-visual cenderung mempunyai karakteristik sebagai berikut ; bersifat
linier, menampilkan visual yang dinamis, secara khas digunakan menurut cara
yang sebelumnya telah ditentukan oleh desainer/pengembang, cenderung merupakan
bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil dan abstrak, dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif, sering
berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas belajar siswa.
3.
Teknologi berbasis komputer
Komputer
merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera
terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Komputer dapat menyimpan
bahan pelajaran yang dapat dimanfaatkan kapan saja diperlukan, member informasi
tentang berbagai referensi dan sumber-sumber serta alat audio-visual yang
tersedia.[17]
Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah memungkinkan komputer memuat
dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya.
Saat
ini teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan
pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana belajar multi media
yang memungkinkan peserta didik membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan
ilmu pengetahuan.[18]
Sajian multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang
mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa
teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi.[19]
Dengan tampilan yang dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian
informasi dan pesan, komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media
teknologi yang efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran
yang relevan misalnya rancangan grafis dan animasi.
Perkembangan
teknologi komputer saat ini telah membentuk suatu jaringan (network) yang dapat
memberi kemungkinan bagi siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar secara
luas. Jaringan komputer berupa internet dan web
telah membuka akses bagi setiap orang untuk memperoleh informasi dan ilmu
pengetahuan terkini dalam bidang akademik tertentu. Diskusi dan interaksi
keilmuan dapat terselenggara melalui tersedianya fasilitas internet dan web di sekolah.
4.
Penggunaan Multimedia Presentasi.
Multimedia
presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoritis,
digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup banyak di
atas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar
cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti
teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian,
sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa. Program ini dapat
mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif maupun kinestetik.[20]
Hal ini didukung oleh teknologi perangkat keras yang berkembang cukup
lama, telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kegiatan presentasi.
Saat ini teknologi pada bidang rekayasa komputer menggantikan peranan alat
presentasi pada masa sebelumnya.
Penggunaan
perangkat lunak perancang presentasi seperti Microsoft power point yang dikembangkan oleh Microsoft inc” Corel presentation yang dikembangkan oleh Coral inc”
hingga perkembangan terbaru perangkat lunak yang dikembangkan Macromedia inc, yang mengembangkan
banyak sekali jenis perangkat lunak untuk mendukung kepentingan tersebut, atau
sangat memungkinkan untuk meningkatkan efisiensi atau kualitas belajar dalam
situasi tertentu.[21]
Berbagai
perangkat lunak yang memungkinkan presentasi dikemas dalam bentuk multimedia
yang dinamis dan sangat menarik. Perkembangan perangkat lunak tersebut didukung
oleh perkembangan sejumlah perangkat keras penunjangnya. Salah satu
produk yang paling banyak memberikan pengaruh dalam penyajian bahan presentasi
digital saat ini adalah perkembangan monitor, kartu video, kartu audio serta
perkembangan proyektor digital (digital image projector) yang memungkinkan
bahan presentasi dapat disajikan secara digital untuk bermacam-macam
kepentingan dalam berbagai kondisi dan situasi, serta ukuran ruang dan
berbagai karakteristik audience.
Pengolahan
bahan presentasi dengan menggunakan komputer tidak hanya untuk dipresentasikan
dengan menggunakan alat presentasi digital dalam bentuk Multimedia projector (seperti LCD, In-Focus dan sejenisnya),
melainkan juga dapat dipresentasikan melalui peralatan proyeksi lainnya,
seperti over head projector (OHP) dan
film slides projector yang sudah
lebih dahulu diproduksi. Sehingga lembaga atau instansi yang belum memiliki
perangkat alat presentasi digital akan tetapi telah memiliki kedua alat
tersebut, dapat memanfaatkan pengolahan bahan presentasi melalui komputer
secara maksimal.[22]
Dalam sudut pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah satu metode
pernbelajaran.
Penggunaannya
yang menempati frekuensi paling tinggi dibandingkan dengan metode lainnya.
Berbagai alat yang dikembangkan, telah memberikan pengaruh yang sangat basar
bukan hanya pada pengembangan kegiatan praktis dalam kegiatan presentasi
pembelajaran akan tetapi juga pada teori-teori yang mendasarinya. Perkembangan
terakhir pada bidang presentasi dengan alat bantu komputer telah menyebabkan
perubahan tuntutan penyelenggaraan pembelajaran.[23]
Di antaranya tuntutan terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan para guru
dalam mengolah bahan-bahan pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis
komputer.
Multimedia
atau teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan
dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer . Keistimewaan
yang ditampilkan oleh teknologi multimedia ini, khususnya dengan menggunakan
komputer dengan spesifikasi tinggi, yakni adanya interaktivitas pembelajar yang
tinggi dengan berbagai macam sumber belajar.[24]
Secara
ringkas, Vaughan (2004) mengatakan bahwa teknologi multimedia merupakan
perpaduan dari teknologi komputer baik perangkat keras maupun perangkat lunak
dengan teknologi elektronik lainnya untuk menyampaikan suatu informasi yang
interaktif.[25]
Perkembangan serta pemanfaatan teknologi multimedia banyak digunakan hampir di
seluruh aspek kegiatan. Contoh media penyampai informasi adalah teks, gambar
foto, video, musik, animasi (gambar bergerak), ataupun internet.
Teknologi
multimedia dapat menggabungkan beberapa media penyampai informasi, misalnya
menggabungkan gambar dengan suara, atau dengan data lainnya dalam satu media.
Penggabungan ini menghasilkan sebuah sistem multimedia sehingga penyampaian
informasi lebih menarik dan interaktif daripada menggunakan satu media saja. Teknologi
multimedia dapat diimplementasikan di berbagai macam bidang pekerjaan,
tergantung kreatifitas untuk mengembangkannya. Kategori aplikasi dengan
teknologi multimedia dapat dibagi menjadi :[26]
1.
Presentasi
bisnis
2.
Pembelajaran
3.
Promosi
dan penjualan
4.
Information
delivery
5.
Teleconferencing
6.
Productivity
7.
Film
8.
Virtual
reality
9.
Aplikasi
web
5.
Game
Pembelajaran
dengan multimedia atau teknologi terpadu ini mempunyai karakteristik sebagai
berikut :[27]
a.
Dapat digunakan secara acak, disamping
secara linier
b.
Dapat digunakan sesuai dengan keinginan
peserta didik, disamping menurut cara seperti yang dirancang oleh
pengembangnya.
c.
Gagasan-gagasan sering disajikan secara
realistik dalam konteks pengalaman peserta didik, relevan dengan kondisi
peserta didik, dan di bawah kendali peserta didik.
d.
Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan
konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan pemanfaatan bahan
pembelajaran.
e.
Belajar dipusatkan dan diorganisasikan
menurut pengetahuan kognitif sehingga pengetahuan terbentuk pada saat
digunakan.
f.
Bahan belajar menunjukkan interaktivitas
peserta didik yang tinggi.
g.
Sifat bahan yang mengintegrasikan
kata-kata dan contoh dari banyak sumber media.
6.
CD Multimedia Interaktif
CD
multimedia interaktif dapat digunakan pada pembelajaran di sekolah sebab cukup
efektif meningkatkan hasil belajar siswa terutama komputer. Terdapat dua
istilah dalam perkembangan CD interaktif ini yaitu Computer Based Instructuion (CBI) dan Computer Assisted Instructuion (CAI).[28]
Sifat media ini selain interaktif juga bersifat multimedia terdapat unsur-unsur
media secara lengkap yang meliputi sound,
animasi, video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif di
antaranya:[29]
Model
Drill: Model drills dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi
pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit
melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang
sebenarnya.
Model
Tutorial: Program CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa
program komputer yang berisi materi pelajaran. Metode Tutorial dalam CAI pola
dasarnya mengikuti pengajaran Berprograma tipe Branching yaitu informasi/mata pelajaran disajikan dalam unit-unit
kecil, lalu disusul dengan pertanyaan. Respon siswa dianalisis oleh komputer
(Diperbandingkan dengan jawaban yang diintegrasikan oleh penulis program) dan
umpan baliknya yang benar diberikan. (Nana Sudjana & Ahmad Rivai:139).
Program ini juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan ide dan pengetahuan yang
dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.
Model
Simulasi: Model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi
pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit
melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang
sebenarnya.
Model
Games: Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran
menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan
aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan
Instructional Games (Eleanor.L Criswell, 1989: 20).
Tutorial
berfungsi sebagai menempatkan program pengajaran yang telah dipilih ke dalam
suatu program penggunaan dan kedua monitor perilaku siswa untuk menemukan
apakah program yang baru itu berfaedah dan lebih tepat guna dari program
pengajaran sebelumnya.[30]
Pada umumnya tipe penyajian yang banyak digunakan adalah “tutorial ini
membimbing siswa secara tuntas menguasai materi dengan cepat dan menarik.
Setiap siswa cenderung memiliki perbedaan penguasaan materi tergantung dari
kemampuan yang dimilikinya. Penggunaan tutorial melalui CD multimedia
interaktif lebih efektif untuk mengajarkan penguasaan Software kepada siswa
dibandingkan dengan mengajarkan hardware. Misalnya tutorial Microsoft Office Word, Access, Excel, dan Power Point.[31] Kelebihan lain dari CD multimedia interaktif
ini adalah siswa dapat belajar secara mandiri, tidak harus tergantung kepada
guru/instruktur. Siswa dapat memulai belajar kapan saja dan dapat mengakhiri
sesuai dengan keinginannya. Selain itu, materi-materi yang diajarkan dalam CD
multimedia tersebut dapat langsung dipraktekkan oleh siswa terhadap software tersebut. Terdapat juga fungsi
repeat, bermanfaat untuk mengulangi materi secara berulang-ulang untuk
penguasaan secara menyeluruh.
7.
Video Pembelajaran.
Selain
CD multimedia interaktif, video termasuk media yang dapat digunakan untuk
pembelajaran. Video ini bersifat interaktif-tutorial membimbing siswa untuk
memahami sebuah materi melalui visualisasi atau video ini sebagai peralatan
pemain ulang. Siswa juga dapat secara interaktif mengikuti kegiatan praktek sesuai
yang diajarkan dalam video.[32]
Penggunaan CD interaktif saat pembelajaran cocok untuk mengajarkan suatu
proses. Misalnya cara penyerbukan pada tumbukan, teknik okulasi, pembelahan
sel, proses respirasi dan lain-lain.
8.
Internet dan Website
Internet,
singkatan dari interconection and
networking, adalah jaringan informasi global, yaitu,“the largest global network of computers, that enables people throughout
the world to connect with each other¨. Internet diluncurkan pertama kali
oleh J.C.R. Licklider dari MIT (Massachusetts Institute Technology) pada bulan
Agustus 1962.[33]
Pemanfaatan
internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara
mandiri. “Through independent study,
students become doers, as well as thinkers” (Cobine, 1997). Para siswa
dapat mengakses secara online dari
berbagai perpustakaan, museum, database,
dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi,
rekaman, laporan, data statistik, (Gordin et. al., 1995). Informasi yang
diberikan server-computers itu dapat
berasal dari commercial businesses
(.com), goverment services (.gov), nonprofit organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural groups (.arts).[34]
Siswa
dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya
konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan
pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya
(real life). Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas (classroom
meeting), karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas
pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah
ditetapkan secara online. Siswa dapat
belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling
berkirim e-mail (electronic mail)
untuk mendiskusikan bahan ajar.[35]
Selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya.
Pemanfaatan
internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai
berikut:
Dimungkinkan
terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya
tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas. Proses
pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan masing-masing. Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan
masing-masing pembelajar/siswa. Adanya keakuratan dan kekinian materi
pembelajaran. Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik
pembelajar/siswa; dan memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun
guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek
tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara online.
Perkembangan/kemajuan teknologi internet yang sangat pesat dan merambah ke
seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara, institusi, dan
ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk pendidikan/pembelajaran.[36]
Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat lunak (program aplikasi) yang
dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan/pembelajaran terus dilakukan.
Perangkat
lunak yang telah dihasilkan akan memungkinkan para pengembang pembelajaran
(instructional developers) bekerjasama dengan ahli materi (content specialists)
mengemas materi pembelajaran elektronik (online learning material).
Pembelajaran melalui internet di Sekolah Dasar dapat diberikan dalam beberapa
format (Wulf, 1996), di antaranya adalah: (1) Electronic mail (delivery of course materials, sending in
assignments, getting and giving feedback, using a course listserv., i.e.,
electronic discussion group), (2) Bulletin
boards/newsgroups for discussion of special group, (3) Downloading of course materials or tutorials, (4) Interactive tutorials on the Web, dan
(5) Real time, interactive conferencing
using MOO (Multiuser Object Oriented) systems or Internet Relay Chat.[37]
Setelah
bahan pembelajaran elektronik dikemas dan dimasukkan ke dalam jaringan sehingga
dapat diakses melalui internet, maka kegiatan berikutnya yang perlu dilakukan
adalah mensosialisasikan ketersediaan program pembelajaran tersebut agar dapat
diketahui oleh masyarakat luas khususnya para calon peserta didik. Para guru
juga perlu diberikan pelatihan agar mereka mampu mengelola dengan baik
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui intenet.[38]
Sebagai penunjang terlaksananya program atau sistem yang telah dibuat.
Karakteristik/potensi
internet sebagaimana yang telah diuraikan di atas tentunya masih dapat
diperkaya lagi dengan yang lainnya. Namun, setidak-tidaknya ketiga
karakteristik/potensi internet tersebut dipandang sudah memadai sebagai dasar
pertimbangan untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui internet.
9.
E-Learning
Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam
proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan
manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning
juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja
menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program
studi atau program pendidikan.
Seperti
Sebagaimana yang disebutkan di atas, e-learning
telah mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis. e-learning mempermudah interaksi antara
peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan dosen/guru/instruktur
maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan
dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan
kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya
terhadap materi pembelajaran.
Dalam
e-learning, faktor kehadiran guru
atau pengajar otomatis menjadi berkurang atau bahkan tidak ada. Hal ini
disebabkan karena yang mengambil peran guru adalah komputer dan
panduan-panduan elektronik yang dirancang oleh "contents writer", designer e-learning dan pemrogram komputer. Dengan adanya e-learning para guru/dosen/instruktur
akan lebih mudah : melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhir
mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya mengontrol
kegiatan belajar peserta didik. Kehadiran guru sebagai makhluk yang hidup yang
dapat berinteraksi secara langsung dengan para murid telah menghilang dari
ruang-ruang elektronik e-learning
ini. Inilah yang menjadi ciri khas dari kekurangan e-learning yang tidak bagus. Sebagaimana asal kata dari e-learning yang terdiri dari e (elektronik) dan learning (belajar), maka sistem ini mempunyai kelebihan dan
kekurangannya.[39]
Dari
penjelasan di atas penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa dengan adanya e-learning, guru dapat mengelola materi
pelajaran secara on-line, yakni:
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), meng-upload materi pelajaran, memberikan tugas kepada siswa, menerima
pekerjaan pelajaran, membuat tes/quiz, memberikan nilai, memonitor keaktivan
peserta didik, mengolah nilai peserta didik, berkomunikasi dengan peserta didik
melalui forum diskusi dan chat, dan lain-lain. Peserta didik dapat
mengakses informasi dan materi pembelajaran, berinteraksi dengan sesama peserta
didik dan guru, melakukan transaksi tugas-tugas sekolah, mengerjakan tes/quiz,
melihat pencapaian hasil belajar, dan lain-lain.
10.
Video Converence
Konferensi
video adalah seperangkat teknologi telekomunikasi interaktif yang
memungkinkankan dua pihak atau lebih di lokasi berbeda dapat berinteraksi
melalui pengiriman dua arah audio dan video secara bersamaan. Perkembangan
teknologi komunikasi membawa perubahan pada proses penyampaian informasi.
Bentuk informasi yang disampaikan tidak hanya audio, tetapi juga visual.
Konferensi
video menggunakan telekomunikasi audio dan video untuk membawa orang-orang di
berbagai tempat mengadakan rapat bersama. Konsep konferensi video sama seperti
percakapan antara dua orang (point-to-point) atau melibatkan beberapa tempat
(multi-point) dengan lebih dari satu orang di ruangan besar pada tempat
berbeda. Selain pengiriman audio dan visual kegiatan pertemuan, konferensi
video dapat digunakan untuk berbagi dokumen, informasi yang diperlihatkan
komputer, dan papan tulis.
Konferensi
video analog sederhana dapat ditetapkan sebagai awal penemuan televisi. Sistem
konferensi video biasanya terdiri dari dua sistem sirkuit televisi tertutup
yang terhubung melalui kabel. Sejak awal penerbangan pertama ke luar angkasa,
NASA menggunakan dua frekuensi radio (UHF atau VHF). Saluran televisi secara
rutin menggunakan konferensi video semacam ini misalnya ketika melaporkan dari
lokasi jauh. Kemudian hubungan aktif ke satelit menggunakan truk dengan
peralatan khusus menjadi agak lazim.[40]
Teknik
ini sangat mahal dan tidak bisa digunakan untuk aplikasi seperti telemedicine, pendidikan jarak jauh, dan
pertemuan bisnis. Usaha menggunakan jaringan telepon normal untuk mengirim
video scan lambat, seperti sistem pertama yang dikembangkan oleh AT&T,
sebagian besar gagal karena kualitas gambar yang kurang baik dan ketiadaan
teknik kompresi video yang efisien. Pada 1970-an, semakin besar 1 MHz bandwidth
dan 6 Mbit/s angka bit dari Picturephone
tetapi tidak juga menyebabkan layanan menjadi makmur.
Pada 1980-an, jaringan
pengiriman telepon digital menjadi mungkin, seperti Integrated Services Digital Networks atau ISDN, meyakinkan angkat
bit minimum (biasanya 128 Kbps) untuk pengiriman kompresi audio dan video.
Sistem terdedikasi pertama mulai muncul di pasar sebagai perluasan jaringan
ISDN di seluruh dunia. Pada 1990-an, sistem telekonferensi video berkembang
dengan cepat dari peralatan pribadi sangat mahal, perangkat lunak dan
persyaratan jaringan untuk teknologi berbasis standar yang tersedia untuk
masyarakat umum dengan biaya yang wajar.
Akhirnya,
pada 1990-an, Internet Protocol atau IP berbasis konferensi video menjadi
mungkin dan teknologi kompresi video lebih efisien telah dikembangkan sehingga
memungkinkan desktop atau komputer pribadi berbasis konferensi video. Pada
1992, CU-SeeMe dikembangkan di
Cornell oleh Tim Dorcey et al., IVS dirancang di INRIA, telekonferensi video
tiba ke masyarakat dan layanan gratis, web
plugin dan perangkat lunak, seperti NetMeeting,
MSN Messenger, Yahoo Messenger, SightSpeed,
Skype dan lain-lain membawa
kemurahan, meskipun kualitas rendah.[41]
Fasilitas
yang digunakan dalam layanan video
conference antara lain :
a.
Screen dan projector
b. Laser pointer
c.
WiFi
menggunakan jaringan ITB (terbatas)
d.
Computer
Graphics (CG)
e.
Video table untuk menampilkan yang dilakukan/ditulis peserta di atas
mejanya
Komponen
lain yang dibutuhkan untuk sistem konferensi video meliputi:
a.
Video input: kamera video atau webcam
b.
Video output: monitor komputer, televisi atau proyektor
c.
Audio input: mikrofon
d.
Audio output: biasanya pengeras suara yang berkaitan dengan perangkat
layar atau telepon
e.
Data transfer: jaringan telepon analog
atau digital, LAN atau Internet
Pada
dasarnya ada dua jenis sistem konferensi video: Sistem terdedikasi mempunyai
semua komponen yang dibutuhkan dikemas ke dalam satu peralatan, biasanya sebuah
konsol dengan kamera video pengendali jarak jauh kualitas tinggi. Kamera ini
dapat dikontrol dari jarak jauh untuk memutar ke kiri dan kanan, atas dan bawah
serta memperbesar, yang kemudian dikenal sebagai kamera PTZ.[42]
Konsol berisi semua hubungan listrik, kontrol komputer, dan perangkat lunak
atau perangkat keras berbasis codec. Mikrofon omnidirectional terhubung ke
konsol seperti monitor televisi dengan pengeras suara dan/atau proyektor video.
Ada beberapa jenis perangkat yang didedikasikan untuk konferensi video:
a.
Konferensi video kelompok besar: non-portabel, besar, perangkat yang
digunakan lebih mahal untuk ruangan besar dan auditorium.
b.
Konferensi video kelompok kecil: non-portabel atau portabel, lebih kecil, perangkat lebih murah yang digunakan untuk
ruang rapat kecil.
c.
Konferensi video individual: biasanya
perangkat portabel, dimaksudkan untuk
satu pengguna, mempunyai kamera tetap, mikrofon, dan pengeras suara
terintegrasi ke dalam konsol.
d.
Sistem desktop biasanya menambahkan
papan perangkat keras ke komputer pribadi normal dan mentransformasikannya
menjadi perangkat konferensi video. Berbagai kamera dan mikrofon berbeda dapat
digunakan dengan papan, yang berisi codec
yang diperlukan dan pengiriman tatap muka.
Kelebihan konferensi
video antara lain:
a.
Meningkatkan produktivitas karena
kemampuan VTC untuk berbagi dokumen, ide atau gambar dengan mudah.
b.
Menghemat biaya.
e.
Menghemat waktu.
Kelemahan konferensi
video antara lain:
a.
Harga masih terbilang mahal untuk
dimiliki sehingga hanya perusahaan atau organisasi tertentu yang mempunyai
cukup dana dan sangat membutuhkan yang memiliki konferensi video.
b.
Alat-alat untuk konferensi video sulit
didapat dan proses penginstalan harus ekstra hati-hati agar tidak salah.
11.
Website
Penggunaan
website tidak hanya dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap kegiatan akademik siswa tapi juga bagi guru. website dapat memberi kemungkinan bagi
guru untuk menggali informasi dan ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran yang
menjadi bidang ampunnya hal ini berkaitan dengan kompetensi sosial guru yakni
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.[43]
Melalui penggunaan website, guru akan
selalu siap mengajarkan ilmu pengetahuan yang mutakhir kepada siswa. Hal ini
tentu saja menuntut kemampuan guru itu sendiri untuk selalu giat mengakses website dalam bidang yang menjadi
keahliannya. Hal ini sejalan dengan definisi Pannen (2003) mengenai media dan
teknologi pembelajaran di sekolah dalam arti luas yang mencakup perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), dan sumberdaya manusia (humanware) yang
dapat digunakan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa, dan guru.[44]
Secara
umum, situs web digolongkan menjadi 3
jenis yaitu: Website Statis, Website Dinamis, Website Interaktif.
a.
Website
Statis
Website
Statis adalah web yang mempunyai
halaman tidak berubah. Artinya adalah untuk melakukan perubahan pada suatu
halaman dilakukan secara manual dengan mengedit code yang menjadi struktur dari
situs itu.[45]
b.
Website
Dinamis
Website
Dinamis merupakan website yang secara
struktur diperuntukan untuk update
sesering mungkin. Biasanya selain utama yang bisa diakses oleh user pada
umumnya, juga disediakan halaman backend
untuk mengedit kontent dari website.
Contoh umum mengenai website dinamis
adalah web berita atau web portal yang didalamnya terdapat
fasilitas berita, polling dan
sebagainya.
c.
Website
Interaktif
Website
Interaktif adalah web yang saat ini
memang sedang berkembang pesat. Salah satu contoh website interaktif adalah blog dan forum. Di website ini user bisa berinteraksi dan beradu argument mengenai apa
yang menjadi pemikiran mereka. Biasanya website
seperti memiliki moderator untuk mengatur supaya topik yang diperbincangkan
tidak melenceng dari alur pembicaraan.
Perangkat
Pendukung Teknologi
Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
Dalam perangkat
pendidikan, peneliti menyebutkan beberapa kategori yang termasuk dalam
perangkat pendidikan seperti; guru, siswa, materi pembelajaran, gedung sekolah,
dan lingkungan masyarakat atau orangtua.
Guru
Dalam
UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (pasal 1) dinyatakan bahwa: “Guru
adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.[46]
Profesional berarti ahli dalam bidangnya.
Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya, Akan
tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas
bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan
personaliti.dan profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan
integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya.
Dalam
kontek diatas seorang guru minimal memiliki;[47]
i.
skill/keahlian
dalam mendidik atau mengajar
ii.
kemampuan
intelektual yang memadai
iii.
Kemampuan
memahami visi dan misi pendidikan
iv.
Keahlian
mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran
v.
Memahami
konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
vi.
Kemampuan
mengorganisir dan problem solving
Siswa
Konsumen utama pada dunia pendidikan, adalah siswa, siswa,
anak didik. Siswa sebagai pelanggan terhadap jasa yang diberikan oleh guru juga
mempunyai berbagai harapan yang semestinya didengar dan diakomodir oleh
guru sebagai “penjual” jasa, sehingga apa yang diharapkan oleh siswa tidak akan
keluar dari “zona toleransi” harapannya.[48]
Karena siswa adalah konsumen yang mempunyai posisi tawar yang tinggi.
Siswa yang diajar oleh guru sebagai pusat pembelajaran,
bukan dirinya atau guru tersebut. Pengoptimalan layanan, selain kompetensi
tentu saja media juga akan sangat membantu guru dalam memberikan layanan
terbaiknya, variasi metode yang dipergunakan dikelas, sikapnya yang memberikan
kenyamanan dikelas, dan masih banyak hal-hal positif lainnya yang bisa kita
berikan kepada siswa.
Materi Pembelajaran
Materi
pembelajaran merupakan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang harus dipelajari siswa dalam
rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Materi pelajaran diartikan pula sebagai bahan
pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Materi pembelajaran pada hakekatnya merupakan pengetahuan,
nilai-nilai dan ketserampilan
sebagai isi dari suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga
dapat dikatakan bahwa materi pelajaran
adalah berbagai pengalaman yang akan
diberikan kepada siswa selama mengikuti proses pendidikan atau proses pembelajaran. Siswa melakukan berbagai kegiatan
dalam rangka memperoleh pengalaman belajar tersebut, baik itu berupa keterampilan kognitif, psikomotorik maupun
afektif. Pengalaman-pengalaman ini
dirancang dan diorganisir sedemikian rupa sehingga
apa yang diperoleh siswa sesuai dengan tujuan.
Berbicara tentang materi pembelajaran, maka hal ini berkaitan
dengan perencanaan guru, seperti; silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), bahkan pemetaan atau proses pembelajaran.
Gedung Sekolah
Dalam membangun sebuah
gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan,
letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan kurikulum yang
dipergunakan. Sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional pengaturan
ruangan bersifat sederhana karena kegiatan belajar mengajar diselenggarakan di
kelas yang tatap untuk sejumlah murid yang sama tingkatannya.[49]
Bagi sekolah yang mempergunakan kurikulum modern, ruangan kelas diatur menurut
jenis kegiatan berdasarkan program-program yang telah dikelompokkan secara integrated.
Di samping ruangan
disusun berdasarkan bidang studi yang bersifat integrated itu disediakan juga ruangan untuk kegiatan bersama
berupa ruang kelas untuk mendengarkan ceramah dan ruangan lain seperti
perpustakaan, ruang olahraga dan lain-lain.[50]
Bagi sekolah yang mempergunakan kurikulum gabungan pada umumnya ruangan kelas
masih diatur menurut keperluan kelompok murid sebagai satu kesatuan menurut
jenjang dan pengelompokan kelas secara permanen. Ruang khusus biasanya
disediakan secara terbatas berupa laboratorium, perpustakaan, sebuah aula untuk
kegiatan olah raga, kesenian dan kegiatan ekstra kelas lainnya.
Gedung sekolah
memerlukan sarana belajar mengajar yang dapat menunjang efisiensi perwujudan
kurikulum/program sekolah atau kelas perlengkapan minimal bagi sebuah sekolah
yang mempergunakan salah satu bentuk kurikulum tersebut di atas adalah meja dan
kuris murid. Meja dan kuris guru, papan tulis/white board dan kapur tulis/spidol.[51]
Masyarakat/orang tua
Dengan
tidak bermaksud mengurangi nilai tanggung jawab dari berbagai wadah pendidikan,
maka peneliti cenderung untuk lebih mengutamakan wadah keluarga sebagai lembaga
yang sangat memainkan peranan dalam upaya ini. Dengan kata lain, dalam wadah
keluargalah, pendidikan afektif dapat menemukan fungsinya yang paling efektif,
yaitu membekali anak didik dengan nilai-nilai moral dan norma hidup yang
bersumber dari falsafah bangsa dan jiwa keagamaan yang dianutnya. Dalam hal
ini, orang tua tidak hanya berfungsi sebagai orang tua biologis, tetapi
sebagai orang tua edukatif (pendidik), terhadap anak-anaknya dalam keluarga,
karena bagaimana pun, sikap dan perilaku orang tua sangat mempengaruhi baik
buruknya perilaku anak-anaknya, seperti yang telah banyak disinggung di depan.[52]
Selain orang tua, lingkungan masyarakat dapat membentuk nilai siswa, karena
setiap hari siswa pasti berinteraksi dengan lingkungan masyarakat setempat.
Refrensi
akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/08/teknologi-pembelajaran.doc
Arief S.
Sadiman, dkk., Media Pendidikan
(Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya), (Jakarta: Raja Grafindo,
2011)
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011)
B.S. Sidjabat,
Mengajar Secara Profesional (Mewujudkan Visi Guru Profesional), (Bandung:
Kalam Hidup, 2009)
Bambang Warsita,
Teknologi Pembelajaran (Landasan dan Aplikasinya), Jakarta: Aneka Cipta, 2008
Daryanto, Teknologi Jaringan Internet (Teori dan
Pemahaman), (Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2010)
Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta; Balai Pustaka, 2003)
Dewi Salma
Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik
Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008), 2
Dewi Salma
Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik
Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008)
Eko Nugroho, Pengenalan Komputer, (Yogyakarta: Andi
Offset, 1991)
Engkoswara, Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran,
(Jakarta: Bina Aksara, 1984)
Fred Percival
dan Hendry Elinggton, Teknologi
Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1988)
Galen Grimes, 10 Menit Panduan Internet dan World Wide Web,
(Jakarta: Alex Media Komputindo, 1997)
Hilda Karli, Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali,
1991)
Jamal Ma’mur
Asmani, Tips Efektif Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Dunia Pendidikan, (Jogjakarta:
Diva Press, 2011)
Masnur Muslich, KTSP
Pembelajaran Berbasis Kompetnsi dan Kontekstual, (Jakarta, Bumi Aksara,
2009)
Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, Bandung: Alfabeta, 2008
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung 2005)
Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011)
Niken Ariani dan
Dany Haryanto, Pembelajaran Multimedia Di
Sekolah (Pedoman Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif, dan Prospektif),
(Jakarta: Prestasi Pustaka Karya, 2010)
Pandapotan
Sianipar, Singkat Tepat dan Jelas
(Membuat Presentasi Cantik Dengan Power Point, (Jakarta: Alex Media
Komputindo, 2002)
Robert
Boehlke, Memperlengkapi Bagi Pelayanan dan Pertumbuhan, (Jakarta: BPK.
Gunung Mulia, 2002)
S. Nasution M.A. Kurikulum
dan Pengajaran, (Jakarta, Bina Aksara 1989)
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan
Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1988)
Sudjana S, Strategi
Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung, Falah Production, 2000)
Syafaruddin Anzizhan, Sistem
Pengajaran Keputusan Pendidikan, (Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia,
2004)
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 1996)
Syaiful Bahri
Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam
Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan
Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), (Jakarta:
Prenada Media Group, 2008)
Zulkifli, Internet For Teacher (Panduan Internet Untuk
Para Pendidik), (Yogyakarta: Cakrawala, 2010)
[1]
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 2003), 1158
[2] Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2008), 175
[3]
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 2003), 1158
[4] Fred
Percival dan Hendry Elinggton, Teknologi
Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1988), 1-3
[5] Dewi
Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik
Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008), 2
[6] Bambang
Warsita, Teknologi Pembelajaran (Landasan
dan Aplikasinya), (Jakarta: Aneka Cipta, 2008), 13
[7] Ibid. Bambang Wrsita, 13
[8] Zulifli, Internet for Teacher (Panduan Internet untuk Para Pendidik),
(Yogyakarta: Cakrawala, 2010), 6
[9] Dewi
Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik
Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), 330
[10] Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2008), 44
[11] Robert
Boehlke, Memperlengkapi Bagi Pelayanan dan Pertumbuhan, (Jakarta: BPK.
Gunung Mulia, 2002), 242
[12] B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Mewujudkan Visi Guru Profesional),
(Bandung: Kalam Hidup, 2009), 300
[13] Bambang, 28
[14] Jamal
Ma’mur Asmani, Tips Efektif Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Dunia Pendidikan, (Jogjakarta:
Diva Press, 2011), 71-76
[15] Ibid, Fred
Percival dan Henry Ellington, Teknologi
Pendidikan, 56-63
[16] Ibid.
[17] S.
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam
Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), 60
[18] Eko
Nugroho, Pengenalan Komputer,
(Yogyakarta: Andi Offset, 1991), 6
[19] Ibid,
11
[20] Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi, 235
[21] Ibid, Fred Percival dan Hendri Ellington, Teknologi Pendidikan, 2
[22] Azhar
Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2011), 96-97
[23] Syaiful
Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam
Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 34-35
[24] Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, 235
[25] Ibid,
Ivor K. Davies, 11
[26] Ibid, Munir, 240
[27] Niken
Ariani dan Dany Haryanto, Pembelajaran
Multimedia Di Sekolah (Pedoman Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif, dan
Prospektif), (Jakarta: Prestasi Pustaka Karya, 2010), 27
[28] Pandapotan
Sianipar, Singkat Tepat dan Jelas
(Membuat Presentasi Cantik Dengan Power Point, (Jakarta: Alex Media
Komputindo, 2002), 11
[29] Azhar
Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011), 97-98
[30]
Engkoswara, Dasar-Dasar Metodologi
Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), 9
[31] Ibid,
Hal. 9-10
[32] Arief
S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan
(Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya), (Jakarta: Raja Grafindo,
2011), 282
[33] Dewi
Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik
Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), 305
[34]
Daryanto, Teknologi Jaringan Internet
(Teori dan Pemahaman), (Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2010),
90-91
[35] Ibid
[36]
Nasution, Teknologi Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 110-113
[37] Ibid. Munir, 196
[38] Ivor K.
Davies, Pengelolaan Belajar,
(Jakarta: Rajawali, 1991), 18
[39] Dewi
Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik
Teknologi Pendidikan, 196
[40] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung
2005), halm 194
[41] Galen Grimes,
10 Menit Panduan Internet dan World Wide
Web, (Jakarta: Alex Media Komputindo, 1997), 17
[42] Zulkifli,
Internet For Teacher (Panduan Internet
Untuk Para Pendidik), (Yogyakarta: Cakrawala, 2010), 89
[43] Wina
Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran
(Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan),
(Jakarta: Prenada Media Group, 2008), 280
[44] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, 11
[45] Zulkifli,
56
[46] Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta,
Rineka Cipta, 1996), hal 199
[47] Sudjana S, Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung, Falah
Production, 2000), hal 115
[48] Hilda Karli, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 41
[49] Syafaruddin Anzizhan, Sistem Pengajaran Keputusan Pendidikan, (Jakarta, Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2004), hal 116
[50] Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetnsi dan Kontekstual, (Jakarta,
Bumi Aksara, 2009), hal 194
[51] Sudjana, Strategi Pembelajaran, (Bandung, 2000), hal 188
[52] S. Nasution M.A. Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta, Bina Aksara 1989), hal 157